Situngirnews.id | PT PLN (Persero) memiliki Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) berkapasitas 530 kilowatt peak (kWp) di Pulau Messah, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur. PLTS yang menyelimuti area perbukitan seluas 7.500 m2 ini telah beroperasi sejak tahun 2019.
Pulau yang terletak di satu kawasan dengan lokasi penyelenggaraan KTT ASEAN ke-42 ini menjadi showcase pemanfaatan EBT dalam melistriki daerah terpencil dan mampu mengurangi emisi sebesar 485 ton CO2 per tahun.
Baca Juga:
Yin-Yang konsep dalam filosofi Tionghoa yang biasanya digunakan untuk mendeskripsikan Sifat Kekuatan
Kehadiran PLTS ini, sekaligus menjadi bukti nyata PLN dalam mendukung program pemerintah untuk mencapai Net Zero Emission pada 2060.
Sebelumnya, pulau terluar ini hanya bergantung pada genset swadaya masyarakat. Sekarang, dengan hadirnya PLTS masyarakat bisa mendapatkan akses listrik yang tidak hanya andal namun juga bersih.
Direktur Utama PT PLN Darmawan Prasodjo menjelaskan, dulu masyarakat di Pulau Messah amat bergantung pada genset karena listrik di pulau terpencil di wilayah NTT ini hanya bertahan dari jam 18.00 WITA hingga 06.00 WITA. Bahkan, dulu masyarakat secara kolektif harus membeli solar sebagai bahan bakar operasional genset dengan biaya Rp 10.000 per malam.
Baca Juga:
Menteri BUMN Apresiasi Gerak Cepat PLN Hadirkan Energi Bersih di IKN
“Ini merupakan bentuk hadirnya PLN untuk memberikan akses listrik yang andal dan bersih. Dengan adanya PLTS Messah ini, masyarakat kini bisa menikmati listrik 24 jam. Selain itu, PLN memberlakukan tarif yang terjangkau untuk semua pelanggan,” kata Darmawan.
Tak hanya menghadirkan pembangkit saja, dari tahun ke tahun, PLN meningkatkan keandalan PLTS dengan mengoperasikan 27 Inverter On Grid, 5 Battery Inverter, dan 885 cell Battery Storage 2 V 1000 AH dgn total kapasitas 1.770 kWh juga telah dipasang di Pulau Messah yang terinstall dalam 3 bank baterai yang masing-masing bank berkapasitas 590 kWh.
Darmawan menuturkan, Kehadiran PLTS di pulau Messah ini merupakan ikhtiar memerdekakan warga di pulau tersebut dari kegelapan di malam hari, setelah puluhan tahun memakai lampu templok untuk penerangan di malam hari. Selain itu, masyarakat lebih nyaman beraktivitas dengan dukungan energi listrik dari PLN.