Situngirnews.id | Kabupaten Deli Serdang memiliki keistimewaan dan juga sejarah panjang. Keistimewaannya adalah Deli Serdang menjadi akses masuk ke Provinsi Sumatera Utara.
"Deli Serdang menjadi akses masuk, dari Tebingtinggi mau ke Medan harus masuk Deli Serdang dulu. Begitu juga orang Palangkaraya (Kalimantan) harus lewat Deli Serdang dulu, sebelum masuk Medan," ujar Bupati Deli Serdang, H Ashari Tambunan pada Bincang-Bincang Budaya Deli Serdang Tahun 2022 di AMPHI Theater Kawasan Seni dan Budaya Kabupaten Deli Serdang, Kecamatan Lubuk Pakam, Jumat (16/12/2022).
Baca Juga:
Polres Asahan Apel Gelar Pasukan Operasi Ketupat Toba 2024
Historisnya, kata Bupati lagi, sejak Kerjaaan Arau hingga Kesultanan Deli, Kualanamu juga menjadi tempat Sultan Serdang mempertahankan wilayah dari serangan Belanda.
Bahkan, sejarah Tembakau Deli yang laku keras di Bremen, Jerman. "Bukan saya yang bilang Tembakau Deli itu nikmat, bahkan Fidel Castro (mantan Presiden Kuba) juga menyebut Tembakau Deli rasanya paling nikmat di dunia," imbuh Bupati.
"Siapa yang tak kenal dengan Cerenis, penyair, sastrawan dari daerah ini? Bahkan Tari Serampang 12 dibanggakan Bung Karno kepada tamu-tamu internasional. Kalau dulu, wilayah ini begitu kayanya. Sekarang muncul pertanyaan bagaimana Deli Serdang 50 sampai 100 tahun ke depan? Jika kebudayaan, falsafah hidup, dan kekayaan kita ini hilang, apa yang bisa kita banggakan lagi?" papar Bupati.
Baca Juga:
Antisipasi Kecanduan Gadget di Kalangan Pelajar, Babinsa Turun ke Sekolah
Disebutkan, kepedulian terhadap budaya daerah terbilang ketinggalan. Pun begitu, masih lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali.
"Melestarikan kebudayaan untuk menjaga nilai-nilai luhur dari orangtua kita dulu. Dan ragam etnis di daerah inilah yang membuat Deli Serdang jadi seperti saat ini. Yang kita inginkan, bukan sekadar maju dan sejahtera. Tapi juga harus berakhlak mulia dan religius dalam kebhinekaan.
Bupati mengilustrasikan warga Jepang yang nonton langsung piala dunia di Qatar. Begitu pertandingan usai, orang Jepang ikut membersihkan sampah. Begitu juga dengan munculnya isu LGBT yang bisa merusak, namun Qatar sedikit pun tidak membuka ruang bagi LGBT tersebut.