Direktur Eksekutif CORE Indonesia Mohammad Faisal menilai khusus tahun ini daya beli bakal tertekan karena dihantam dari berbagai sisi, mulai dari kenaikan harga pangan dalam negeri, PPN yang naik jadi 11 persen, hingga kenaikan komoditas impor karena konflik Rusia-Ukraina.
Jika berbagai faktor ini digabungkan, maka ia proyeksikan inflasi bakal tumbuh signifikan. Namun, ia mengaku belum melakukan perhitungan soal angka pasti inflasi. "Inflasi akan signifikan, tapi tidak murni dari kenaikan pangan itu sendiri, tapi ada psikologis dan teknis PPN," kata Faisal.
Baca Juga:
Sambangi Warga, Pj. Penghulu Balai Jaya Berbagi Paket Sembako
Ia mengatakan PPN bakal paling menggerus daya beli masyarakat bawah dan rentan. Selain ditekan dari sisi pengeluaran, pemasukan masyarakat menengah ke bawah pun tidak naik signifikan pada tahun ini.
Karena itu, ia proyeksikan warga akan mengakalinya dengan tak melakukan konsumsi tak mendesak karena porsi untuk belanja makanan naik.
Faisal menyebut PPN bahan makanan pokok di pasar tradisional mungkin tak berlaku karena transaksi tidak dikenakan pajak. Tetapi beda halnya dengan bahan makanan pokok kalangan menengah ke atas yang dibeli di supermarket yang mengenakan PPN.
Baca Juga:
Peringati HUT Bhayangkara ke-78, Polres Subulussalam Gelar Bakti Kesehatan dan Penanganan Stunting
Walau kalangan menengah ke atas punya daya beli lebih tinggi dan mungkin tidak memusingkan kenaikan PPN 1 persen, tapi tetap ada potensi mereka mengurangi belanja barang-barang di luar kebutuhan dasar.
"Yang formal itu lumayan sekitar 40 persen dari total ekonomi kita dan cakupannya besar," tutup Faisal. [as/bay]