SitungirNews.Id | Guna merealisasikan transisi energi demi tercapainya Net Zero Emission (NZE) 2060, PT PLN (Persero) memerlukan total dana USD75 miliar atau sekitar Rp 1.077 triliun
Dana ini bakal digunakan untuk menjalankan program yang disusun PLN mulai dari pengembangan pembangkit EBT hingga teknologi penangkapan karbon dan hidrogen.
Baca Juga:
ALPERKLINAS Imbau Konsumen Percayakan Perbaikan dan Pemasangan Instalasi Listrik pada Ahlinya
"PLN membutuhkan total USD75 miliar untuk melakukan transisi energi ini. PLN membuka peluang kerja sama baik dari sisi investasi, financial fund, maupun sharing teknologi untuk mewujudkan semua rencana tersebut," ujar Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo dalam keterangan resmi, Kamis (24/3/2022).
Secara rinci, Darmawan menyebutkan program-program yang disusun PLN untuk mendukung pencapaian NZE 2060. Salah satunya adalah pengembangan pembangkit EBT sesuai dengan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030.
Dalam RUPTL Hijau ini, porsi pembangkit listrik berbasis EBT pada 2030 ditargetkan mencapai 29 gigawatt (GW). Untuk mencapai target tersebut, PLN bakal menambah pembangkit EBT baru hingga 20,9 GW. Khususnya, PLN juga akan mensupport industri di Kawasan Industri Hijau melalui pembangkit EBT.
Baca Juga:
Energi Hijau Jadi Primadona, PLN Siapkan Solusi untuk Klien Raksasa Dunia
"Pada 2021, kami sudah membangun pembangkit EBT sebesar 623 megawatt (MW) yang mayoritas adalah pembangkit listrik tenaga air (PLTA)," ujar Darmawan.
Menurut Darmawan, tahun ini PLN akan menambah kapasitas terpasang pembangkit EBT sebesar 228 MW. Ia merinci, akan ada PLTP yang beroperasi sebesar 45 MW. Sedangkan PLTA dan PLTM akan bertambah 178 MW dan pembangkit listrik tenaga bioenergi sebesar 5 MW.
Tak hanya menggencarkan pembangunan pembangkit EBT, PLN juga secara paralel menjalankan skenario mempensiunkan lebih awal (early retirement) pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) secara bertahap hingga 2056 mendatang.