"Secara moral di desa itu orang kaya memiliki kewajiban, si kaya memberi kepada yang miskin," ujar guru besar sosiologi itu.
Seiring berjalannya waktu, tumbuh industri-industri di perkotaan yang membuat masyarakat desa ikut bekerja pada korporasi dengan sistem profesional, meski begitu fitrah kemanusiaan tidaklah luntur.
Baca Juga:
Pemkot Surabaya Rencanakan Konser Internasional di Kawasan THR dan TRS
Manusia tetap saling bantu membantu serta berbagi, hanya saja dalam berbagi terkadang manusia menunggu momen yang tepat, salah satunya pada momen Idulfitri.
THR adalah hasil dari sifat manusia yang saling berbagi. Namun kini THR menjadi sesuatu yang diwajibkan oleh negara karena hal ini merupakan momen yang sudah disepakati sebagai bentuk dari hajat bersama agar semua pihak baik pemerintah, pengusaha, buruh maupun swasta dapat sama-sama mengambil manfaatnya.
"Momen itu, menurut saya, adalah ruang bersama yang bisa dimaksimalkan agar semua orang mendapat manfaatnya," ungkap Musta'in.
Baca Juga:
Aduan Sementara di Posko THR, Kemnaker Catat 1.187 Kasus
3. Menukar Uang Baru
Menjelang lebaran, uang dengan pecahan baru diburu oleh masyarakat. Pasalnya uang baru akan digunakan untuk berbagi THR kepada keponakan atau sanak keluarga.
Menurut Musta'in, hal ini merupakan salah satu bagian dari fasilitas momen. Momen Hari Raya Idulfitri identik dengan 'salam tempel' agar tidak terjadi kecemburuan sosial antar keluarga, maka uang yang dibagikan untuk salam tempel nilainya harus sama dengan ditukarkan di bank.